Menyiapkan Tuan di Negeri Sendiri: Suara Hati Samsul Riduan, Dari Bumi Sarolangun Untuk Jambi
Ketika ditanya tentang cita-citanya untuk masa depan, ia menjawab dengan sederhana: “Saya hanya ingin melihat anak-anak Jambi bisa berdiri tegak di tanahnya sendiri, mereka harus bisa menjadi tuan di negeri sendiri.”
Oleh: Dr. Fahmi Rasid** — Hasil diskusi dengan Samsul Riduan, S.T. (Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi & Anggota Fraksi PDI Perjuangan)
KETIKA senja turun di atas perbukitan Sarolangun, tanah yang kaya batu bara dan minyak, seorang lelaki memandang jauh ke cakrawala. Pandangannya tidak hanya menembus hamparan hijau, tetapi juga menembus waktu menuju masa depan anak-anak negeri yang akan lahir dari rahim perjuangan.

Lelaki itu adalah Samsul Riduan, S.T., Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi, seorang yang tumbuh dari tanah perjuangan, dibentuk oleh pengalaman organisasi dan aktivisme, dan kini menapaki jalan pengabdian di jalur politik dengan semangat yang sama: mengabdi kepada rakyat dan memajukan tanah kelahiran.
Perjalanan hidupnya bukan cerita kemewahan, tetapi kisah tentang ketekunan dan kerja keras. Ia lahir dari lingkungan sederhana di Sarolangun, tumbuh di tengah masyarakat yang terbiasa bergulat dengan alam.
Dari sinilah nilai-nilai keuletan, kegigihan, dan tanggung jawab sosial itu berakar. Ia pernah menjadi aktivis dan pegiat organisasi, mengenal idealisme dari jalanan, dan menanamkan keyakinan bahwa perubahan sejati hanya lahir dari kesadaran kolektif.
Bagi Samsul Riduan, aktivisme bukan sekadar slogan atau aksi, melainkan sikap hidup cara untuk terus menyalakan kesadaran dan memperjuangkan kemaslahatan bersama.

Kini, ketika ia berada di posisi strategis sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi, semangat itu tidak pernah padam. Jabatan baginya bukan tujuan akhir, melainkan kelanjutan dari panggilan pengabdian yang telah ia rintis sejak muda. Ia memahami bahwa kekuasaan sejati bukanlah kekuasaan atas orang lain, melainkan kekuasaan untuk memperjuangkan kepentingan banyak orang dengan cara yang bermartabat.
Dalam setiap percakapan, ada satu kalimat yang sering ia ulang dengan nada penuh kesungguhan: “Kalau kita tidak menyiapkan sumber daya manusia dari sekarang, maka sampai kapan pun anak-anak negeri Jambi tidak akan pernah menjadi tuan di negerinya sendiri.”
Kalimat ini mencerminkan kegelisahan sekaligus visi besar yang ia bawa. Sebab Jambi dan Sarolangun bukan hanya kaya, tetapi juga memiliki masa depan yang besar asalkan dikelola dengan cerdas dan berkeadilan.
Samsul Riduan sering menegaskan bahwa Jambi adalah tanah yang diberkahi. Kekayaan sumber daya alamnya luar biasa: tambang batu bara yang bisa menopang ekonomi hingga seratus tahun ke depan, potensi minyak dan emas yang belum sepenuhnya digarap, serta sektor semen, perkebunan, dan pertanian yang terus tumbuh.

Namun di balik potensi itu, ada pertanyaan mendasar yang mengusik nuraninya: Apakah kekayaan alam itu sudah benar-benar membawa kesejahteraan bagi rakyat Jambi?
Selama ini, Jambi masih terlalu bergantung pada komoditas dan Dana Bagi Hasil. Daerah ini bangga menjadi penghasil, namun belum menjadi pengelola. Potensi alam begitu besar, tetapi daya saing manusianya belum sepenuhnya siap. “Kita kuat di sumber daya alam, tapi belum kuat di sumber daya manusia,” ujarnya lirih namun tajam.
Di sinilah letak tantangan terbesar pembangunan Jambi ke depan: bagaimana menjadikan kekayaan alam sebagai batu loncatan untuk menciptakan kekayaan manusia.
Dari diskusi dengannya, tampak jelas bahwa pandangan Samsul Riduan berakar pada kesadaran struktural: pembangunan tidak cukup hanya mengandalkan investasi dan infrastruktur, tetapi harus dimulai dari pendidikan yang sesuai dengan karakter daerah.

Ia menyampaikan satu gagasan besar menggagas pendidikan vokasi berbasis potensi lokal. “Mengapa hingga hari ini Jambi belum memiliki SMK Pertambangan atau SMK Perminyakan? Mengapa tak ada satu pun universitas di Jambi yang membuka jurusan pertambangan atau energi?” tanyanya penuh keprihatinan. Pertanyaan itu bukan sekadar kritik, tetapi panggilan kesadaran bagi semua pihak agar mulai berfikir jangka panjang.
Bayangkan jika di Sarolangun berdiri sebuah SMK Pertambangan yang modern, tempat anak-anak muda belajar eksplorasi dan teknologi tambang dari para ahli. Bayangkan pula jika di Jambi berdiri fakultas energi dan perminyakan yang melahirkan sarjana-sarjana cerdas yang siap mengelola potensi daerah. Maka tidak mustahil, 20 tahun ke depan, Jambi tidak lagi sekadar menjadi penonton dalam industri tambang dan energi, tetapi menjadi pengendali, pelaku, dan pemilik nilai tambahnya sendiri.
Samsul Riduan percaya bahwa masa depan Jambi tidak boleh ditentukan oleh investor luar semata, tetapi oleh kecerdasan anak-anak daerahnya sendiri. Ia berkeyakinan, “Sumber daya alam bisa habis, tapi sumber daya manusia adalah kekayaan yang abadi.”
Karena itu, investasi terbesar yang harus dilakukan pemerintah adalah investasi pada pendidikan, riset, dan pelatihan vokasi yang relevan. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan agar generasi muda Jambi tidak hanya menjadi pekerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja.

Dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi, ia memahami betul bahwa setiap kebijakan fiskal harus berpihak pada pembangunan manusia. Bagi Samsul Riduan, anggaran bukan sekadar deretan angka di atas kertas, tetapi instrumen perjuangan politik yang menentukan arah masa depan daerah.
Ia selalu menekankan agar setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah harus berorientasi pada manfaat langsung bagi rakyat, terutama di bidang pendidikan, ekonomi produktif, dan peningkatan kapasitas SDM.
Visinya sederhana namun strategis: membangun Jambi dari bawah, dari desa-desa yang kuat, dari masyarakat yang berdaya, dan dari generasi muda yang terdidik. Ia percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil, dari kerja keras di akar rumput, dari langkah-langkah nyata yang terus dikawal dengan ketulusan.
Dalam pandangannya, Sarolangun adalah cermin kecil dari Jambi. Daerah yang kaya sumber daya namun juga menghadapi tantangan besar dalam hal kemandirian ekonomi dan pendidikan. Karena itu, ia ingin menjadikan Sarolangun sebagai laboratorium pembangunan berbasis potensi lokal tempat di mana kekayaan alam tidak hanya dieksploitasi, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.

Ia ingin setiap tambang, setiap kebun, dan setiap sumber daya yang ada di Sarolangun memberi manfaat langsung bagi rakyatnya, sekaligus menjadi ruang belajar bagi generasi muda.
Dari perjalanan panjangnya dari aktivis menjadi legislator satu hal yang tidak pernah pudar adalah keyakinan bahwa perubahan hanya akan lahir dari kesadaran dan kerja keras. Politik baginya bukan ruang transaksional, melainkan panggung pengabdian. Ia membawa semangat aktivis ke ruang parlemen, dengan harapan agar setiap kebijakan yang lahir benar-benar berpihak kepada masyarakat bawah.
Ketika ditanya tentang cita-citanya untuk masa depan, ia menjawab dengan sederhana: “Saya hanya ingin melihat anak-anak Jambi bisa berdiri tegak di tanahnya sendiri. Mereka harus bisa menjadi tuan di negeri sendiri.”
Kalimat itu terdengar seperti doa yang lahir dari hati yang tulus. Doa seorang pemimpin daerah yang melihat jauh ke depan, bahwa kesejahteraan bukan hanya tentang angka pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang harga diri dan kemandirian bangsa di tanahnya sendiri.

Menutup diskusi dengannya, saya menyimpulkan satu hal: Jambi sesungguhnya tidak kekurangan sumber daya, tetapi membutuhkan arah dan keberanian untuk menanamkan nilai jangka panjang nilai tentang pendidikan, kemandirian, dan keberpihakan.
Dalam diri Samsul Riduan, kita melihat potret pemimpin daerah yang tidak hanya berpikir tentang pembangunan fisik, tetapi tentang pembangunan manusia.
Dan dari tanah Sarolangun yang subur itu, lahirlah sebuah suara yang jernih: suara tentang harapan, tentang tanggung jawab, dan tentang masa depan yang harus kita siapkan bersama. Jika setiap anak negeri diberi kesempatan dan pengetahuan untuk mengelola kekayaan alamnya, maka hari itu akan tiba hari ketika anak-anak Jambi benar-benar menjadi tuan di negeri sendiri.
**Penulis adalah:

- Sekretaris PUSDIKLAT LAM Provinsi Jambi
- Dosen UM. Jambi
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now