Sekolah Bank Sampah Perempuan Desa Penyengat Olak, Jambi Luar Kota
MUARO JAMBI (KABARNEGERI.NET) – Keberadaan Sekolah Bank Sampah (SBS) Perempuan di Desa Penyengat Olak, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi menguntungkan masyarakat desa dan warga setempat. Terutama bagi pencari kerja (pencaker) khususnya dari kalangan perempuan, remaja dan ibu-ibu rumah tangga menjadi pengusaha Kerajinan (Kriya) mandiri. Yang mana nantinya, kehidupan mereka mampu menopang kebutuhan hidup dan keluarganya sekaligus menambah income (penghasilan) bagi rumah tangga dan anak-anaknya sehari-hari. Melalui bekal ilmu keterampilan dan keahlian yang diperolehnya selama mengikuti pendidikan di lingkungan SSB Perempuan Desa Penyengat Olak tersebut.
Demikian ungkap Kepala SSB Perempuan Desa Penyengat Olak, Asni saat ditemui Kabarnegeri di rumah kediamannya, RT 15, Dusun Pangeran Nato, Desa Penyengat Olak belum lama ini. Sekaligus rumah tinggalnya tersebut, kini menjadi pilihan tempat lokasi sekolah yang dipimpin Asni sekarang untuk memberikan pengetahuan pendidikan dan pelatihan keterampilan kerajinan dari bahan-bahan daur ulang sampah kepada peserta didik di sekolah bank sampah yang didirikannya bersama (Almarhum) Suwaibatul Assalamiah sejak awal berdiri.
Bahkan pendirian SBS Perempuan Desa Penyengat Olak ini pun telah mendapat Surat Keputusan (SK) oleh Kepala Desa Penyengat Olak semasa di era mantan Kepala Desa Penyengat Olak, Nyai Uliya pada 2016 lalu. Dilanjutkan sampai Kepala Desa Penyengat Olak sekarang, Datuk Rutomi, S.Pd.
Dipaparkan Asni sebelum mendirikan SBS Perempuan Desa Penyengat Olak, dia adalah Kader Posyandu 6 di Dusun Pangeran Nato, Desa Penyengat Olak selama 12 tahun di masa mantan Kepala Desa Penyengat Olak, Nyai Uliya saat itu. Lalu berhenti dari kader Posyandu karena dorongan untuk mendirikan SBS Perempuan di Desa Penyengat Olak, Kecamatan Jambi Luar Kota. Alasan oleh berbagai kesibukan lain yang sangat menyita waktunya menjadi kader Posyandu sehingga dia memilih untuk membuka Sekolah Bank Sampah di Desa Penyengat Olak sampai saat ini.
“Sebelum memimpin Sekolah Bank Sampah (SBS) Perempuan Desa Penyengat Olak ini. Saya awalnya, adalah Kader Posyandu 6 di Dusun Pangeran Nato, Desa Penyengat Olak selama 12 tahun di masa dua periode kepemimpinan Nyai Uliya, sebagai Kepala Desa Penyengat Olak ketika itu. Sampai akhirnya, saya harus berhenti menjadi kader posyandu. Karena banyak kesibukan lainnya yang saya pegang, seperti menjadi guru\Madrasah PAI (Pendidikan Agama Islam) di Madrasah Diniyah Takmiliyah AL-BANAT Desa Penyengat Olak sampai sekarang, guru di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan TK SAHAJA Desa Penyengat Olak selama dua kali tahun pelajaran berlangsung yaitu masing-masing Tahun Pelajaran 2018-2019 dan Tahun Pelajaran 2019-2020. Selain itu, kesibukan lainnya menjadi staf pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) BINA MANDIRI di Desa Penyengat Olak sampai sekarang. Kemudian dilanjutkan dengan kesibukan saya saat ini sebagai kepala sekolah (kepsek), menjadi Kepala SBS Perempuan Desa Penyengat Olak sampai sekarang” jelasnya menjawab media online ini.
Disinggung soal aktifitas belajar mengajar di lembaga pendidikan dan pelatihan SBS Perempuan Desa Penyengat Olak yang dipimpinnya tersebut, tambah Asni, SBS Perempuan Desa Penyengat Olak, memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dengan berbasiskan keadilan Gender dan menjadi pelopor pengolahan sampah berbasiskan sistem pendidikan lingkungan di Kabupaten Muaro Jambi.
Adapun misi SBS Perempuan Desa Penyengat Olak, lanjutnya, mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan yang berlandaskan kepada prinsip keadilan gender; mewujudkan isu lingkungan yang berlandaskan kepada prinsip keadilan gender sebagai jejaring isu pembangunan desa; pendidikan alternatif bagi remaja putus sekolah, perempuan dan laki-laki berbasis lingkungan yang berkeadilan gender.
Berikutnya pendidikan kepemimpinan berbasis lingkungan yang berkeadilan gender; pendidikan demokrasi dan tata kelola Pemerintahan Desa yang baik berbasiskan lingkungan yang berkeadilan gender; pendidikan ekonomi jejaring ekonomi berbasis lingkungan yang berkeadilan gender; mewujudkan kemandirian masyarakat berbasiskan lingkungan yang berkeadilan gender; mewujudkan kemitraan sosial berbasiskan lingkungan dan berkeadilan gender, serta pendidikan sosial, lingkungan, budaya, kesehatan dan agama.
“Untuk persyaratan menjadi peserta yang mengikuti pendidikan di Sekolah Bank Sampah (SBS) Perempuan di Desa Penyengat Olak ini, syaratnya dia harus perempuan, dan usianya pun tidak dibatasi tapi minimal sudah tamat SMP. Umumnya yang mengikuti pendidikan di SBS Perempuan Desa Penyengat Olak ini, adalah ibu-ibu PKK Desa, dan ibu-ibu rumah tangga di Desa Penyengat Olak dan lainnya. Juga saya pun sering kali melayani bimbingan teori dan praktek secara privat. Datang memberikan bimbingan teori dan praktek langsung ke rumah-rumah klien saya bagi yang membutuhkan jasa untuk membuat kerajinan dari daur ulang dan sampah kertas, dengan materi teori dan praktek langsung bisa,” jelasnya.
“Layanan praktek Privat disini, yakni memberikan layanan secara pibadi kepada seseorang yang membutuhkan, sehingga bisa lebih cepat dalam menyerap ilmu keterampilan dan menguasai prakteknya langsung dalam membuat satu atau beberapa materi praktek kerajinan dari bahan-bahan daur ulang yang ada, misalnya dari kertas-kertas bekas seperti sampah kertas koran, sampah kertas majalah dan tabloid. Sampah dari kertas-kertas bekas dari buku tulis dan buku pelajaran sekolah yang sudah tidak terpakai lagi, dan juga bisa menggunakan sampah dari bekas botol-botol air mineral dalam kemasan dan lain-lain. Sehingga hasil kreasi dan inovasi kerajinan yang diminatinya dengan materi praktek dari bahan-bahan daur ulang ini, justru hasilnya pun dapat mereka jual menjadi nilai ekonomi secara komersil. Seperti membuat pajangan Guci besar dan Guci kecil, pesanan kotak tisu, membuat topi ke sawah dan pesanan topi santai, tasbih untuk sholat, pajangan kotak tempat pena (kotak tempat pensil dan pulpen) untuk belajar. Juga bisa membuat pesanan gelang-gelang, pesanan gantungan kunci dan lain-lainnya. Tentunya semuanya ini untuk menambah income (penghasilan) bagi diri mereka sendiri dari hasil penjualan kerajinan yang mereka jual,” paparnya.
Disamping itu, lanjut Asni -juga pengusaha UMKM bidang jasa kerajinan di Desa Penyengat Olak ini. Dia juga memberikan jasa melipat hantaran untuk pasangan pengantin dan pesanan hantaran mempelai pengantin. “Untuk pesanan jasa hantaran pengantin ini, harganya pun bervariasi antara 40 ribu sampai 50 ribu dengan satu set, yang terdiri dari satu kotak berukuran besar, biasanya berisikan selimut, sarung bantal dan guling, ataupun perlengkapan peralatan mandi. Serta ditambah kotak kecil, berisikan cincin lamaran bagi calon pengantin perempuan,” tuturnya. (Afrizal)